Sepuluh Cara Materi Gelap Menjelaskan Alam Semesta

Partikel-partikel materi gelap tidak menghasilkan, merefleksikan, atau menyerap cahaya. Namun, meskipun kita tidak dapat melihat materi gelap secara langsung dan masih belum memahami sifatnya, para ilmuwan meyakini bahwa materi gelap membentuk sekitar 26 persen Alam Semesta kita, berdasarkan bagaimana gaya tarik gravitasinya berinteraksi dengan objek-objek kosmik lainnya.

Sebagaimana kita tidak dapat melihat angin berhembus meniup ranting-ranting pohon, kita juga tidak dapat melihat materi gelap, tapi kita dapat melihat bagaimana pengaruhnya terhadap segala sesuatu di sekitarnya. Dari pengamatan dan analisis ini, para ilmuwan telah mengembangkan teori-teori menarik tentang materi gelap. Jika benar, maka teori-teori ini kemungkinan akan mengubah pemahaman kita tentang Alam Semesta secara mendalam.

10. Materi Gelap Dapat Menyebabkan Kepunahan Massal

materi-gelap-menyebabkan-kepunahan-massal-informasi-astronomi
Kredit foto: NASA

Michael Rampino, seorang profesor di bidang biologi dari Universitas New York, meyakini bahwa pergerakan Bumi melalui cakram galaksi Bima Sakti mungkin telah menjadi penyebab terjadinya beberapa kepunahan massal di Bumi. Hal ini terjadi karena pergerakan Bumi mengganggu orbit komet di Tata Surya bagian terluar (dikenal sebagai “Awan Oort”) dan meningkatkan panas di bagian inti planet kita. Bersama planet-planet yang mengelilinginya, Matahari mengorbit pusat Bima Sakti setiap 250 juta tahun sekali.

Selama menempuh perjalanan orbit ini, Tata Surya menelusuri cakram galaksi setiap 30 juta tahun sekali. Rampino berpendapat bahwa jalur Bumi melalui cakram galaksi bertepatan dengan terjadinya kepunahan massal di Bumi sebagai dampak tabrakan dengan komet, termasuk 65 juta tahun yang lalu ketika sebuah asteroid diyakini telah memunahkan dinosaurus. Ada juga sebuah teori yang diajukan bahwa letusan gunung berapi telah mengurangi populasi dinosaurus dalam jumlah besar, tepat sebelum sebuah asteroid mengakhirnya. Kombinasi aktivitas vulkanik yang tidak biasa dan dampak tabrakan dengan asteroid yang bertepatan dengan orbit Bumi melalui cakram galaksi menjadi faktor yang memainkan teori Rampino secara sempurna.

“Saat melintas melalui cakram galaksi, materi gelap yang terkonsentrasi di tempat tersebut mengganggu jalur lintasan komet yang biasanya mengorbit jauh dari Bumi yaitu di Tata Surya bagian terluar,” kata Rampino. “Ini berarti bahwa komet yang biasanya berada pada jalur lintasan yang berjarak jauh dari Bumi menyimpang dari jalur lintasan dan menyebabkan beberapa dari mereka bertabrakan dengan planet Bumi.” Beberapa orang berpendapat bahwa teori Rampino tidak tepat karena dinosaurus punah oleh sebuah asteroid, bukan sebuah komet. Namun, sekitar 4 persen Awan Cloud terdiri dari asteroid, setara dengan jumlah mencapai delapan miliar.

Selain itu, Rampino juga meyakini bahwa setiap pergerakan Bumi melalui cakram galaksi dapat menyebabkan materi gelap terakumulasi di bagian inti planet Bumi. Ketika partikel-partikel materi gelap saling memusnahkan satu sama lain, maka akan menciptakan panas luar biasa yang menyebabkan letusan gunung berapi, dan perubahan-perubahan pada permukaan laut, struktur gunung, dan aktivitas geologi lainnya yang juga secara dramatis mempengaruhi kehidupan biologis di Bumi.

9. Bima Sakti Mungkin Merupakan Sebuah Lubang Cacing Besar

bima-sakti-mungkin-merupakan-sebuah-lubang-cacing-besar-informasi-astronomi
Kredit foto: Alain r/Wikimedia

Mungkinkah kita tinggal di sebuah terowongan raksasa yang menyediakan jalan pintas melalui Alam Semesta? Seperti yang diprediksi oleh teori relativitas umum Einstein, lubang cacing adalah wilayah yang membengkokkan ruang dan waktu untuk membuat jalan pintas ke bagian terjauh dari Alam Semesta. Menurut para astrofisikawan dari International School for Advanced Studies di Trieste, Italia, materi gelap di galaksi kita kemungkinan didistribusikan dalam cara yang memungkinkan keberadaan sebuah lubang cacing secara stabil di tengah galaksi Bima Sakti kita. Para ilmuwan ini meyakini bahwa inilah saatnya bagi kita untuk memikirkan kembali sifat materi gelap. Mungkin materi gelap adalah jalan untuk mencapai dimensi lain.

“Apabila kita menggabungkan peta materi gelap di Bima Sakti dengan model big bang terbaru untuk menjelaskan Alam Semesta,” kata Profesor Paulo Salucci, “dan kami memiliki hipotesis mengenai keberadaan terowongan ruang dan waktu, yang kami ajukan adalah gagasan bahwa galaksi kita kemungkinan benar-benar memiliki salah satu terowongan ini, bahkan terowongan tersebut seukuran galaksi Bima Sakti itu sendiri. Tapi yang lebih mengherankan, kita bahkan bisa melakukan perjalanan melalui terowongan ini, karena berdasarkan perhitungan yang dilakukan, terowongan ini bisa dinavigasi. Sama seperti yang kita semua lihat di film Interstellar baru-baru ini.”

Tentu saja, itu hanyalah sebuah teori. Namun para ilmuwan meyakini bahwa materi gelap bisa menjadi kunci untuk menciptakan lubang cacing dan menentukan bagaimana cara mengobservasinya, walaupun sejauh ini, tidak ada lubang cacing yang ditemukan.

8. Penemuan Galaksi X

penemuan-galaksi-x-99-persen-terdiri-dari-materi-gelap-informasi-astronomi
Kredit foto: STScI/AURA-Hubble/Europe Collaboration

Galaksi X juga dikenal sebagai galaksi materi gelap, sebuah galaksi katai tak terlihat yang kemungkinan menyebabkan riak-riak aneh pada gas hidrogen dingin di batas luar cakram galaksi Bima Sakti. Diyakini sebagai sebuah galaksi satelit Bima Sakti, Galaksi X menjadi induk bagi empat bintang variabel Cepheid, yaitu pulsar yang digunakan sebagai penanda untuk membantu mengukur jarak di ruang angkasa. Kita tidak bisa melihat keseluruhan galaksi katai ini karena diduga terdiri dari materi gelap yang tak terlihat. Namun, gaya tarik luar biasa dari gravitasi galaksi materi gelap tersebut kemungkinan menyebabkan riak-riak yang kita amati.

Tanpa sebuah sumber gravitasi seperti materi gelap untuk menjaga mereka tetap bersama, maka sangat tidak mungkin keempat bintang variabel Cepheid akan dapat diposisikan begitu dekat satu sama lain di tengah ruang angkasa. “Penemuan bintang variabel Cepheid menunjukkan bahwa metode kita dalam menemukan lokasi materi gelap didominasi oleh galaksi-galaksi katai,” kata seorang astronom yang bernama Sukanya Chakrabarti. “Ini juga pada akhirnya bisa membantu kita untuk memahami apa yang membentuk materi gelap. Serta menunjukkan bahwa teori gravitasi Newton dapat digunakan ke jangkauan terjauh dari sebuah galaksi, sehingga kita tidak perlu lagi memodifikasi teori gravitasi.”

Kelanjutan artikel: Sepuluh Cara Materi Gelap Menjelaskan Alam Semesta (Bagian 2)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Sepuluh Cara Materi Gelap Menjelaskan Alam Semesta"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel