Apa yang Terjadi dengan Tubuh Anda, Saat Anda Meninggal di Luar Angkasa?
20.38
Add Comment
Dan apakah koloni di Mars diizinkan untuk memakan satu sama lain?
NASA |
Pada tanggal 21 Juli 1969, ketika awak Apollo 11 dijadwalkan untuk meninggalkan permukaan Bulan setelah berhasil mendarat di sana selama 22 jam, dua buah teks pidato diletakkan di atas meja Presiden Richard Nixon. “Takdir telah menetapkan bahwa manusia yang pergi ke Bulan untuk misi eksplorasi dalam damai akan tetap berada di Bulan untuk beristirahat dalam damai,” demikan sebagian teks pidato darurat tersebut. Akankah Buzz Aldrin dan Neil Armstrong menjalani sisa hari kehidupan mereka dengan menatap cahaya biru planet Bumi dari jarak 250.000 mil jauhnya?
Kita telah kehilangan 18 orang astronot di luar angkasa, termasuk 14 astronot NASA di antaranya, sejak manusia pertama kali berusaha “mengikatkan” dirinya pada roket. Jumlah tersebut relatif rendah, mengingat sejarah kita tentang meluncurkan manusia ke luar angkasa tanpa mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Apabila terjadi hal yang fatal, dan seluruh awak meninggal maka tidak ada yang tersisa untuk diselamatkan. Tapi, seiring kita mendekat ke dalam pelaksanaan misi berawak ke Mars, kemungkinan jatuhnya korban jiwa secara individu akan semakin meningkat, entah pada saat perjalanan, saat tinggal di lingkungan Mars yang keras, atau alasan-alasan lain. Dan masalah yang timbul di Mars, misalnya masalah teknis atau kekurangan makanan, bisa membuat seluruh awak atau koloni terdampar, dan mencoba untuk mempertahankan hidupnya sendiri-sendiri.
Tidak ada rencana untuk membahas hal ini di NASA (menyerahkan pembahasan kepada perusahaan-perusahan swasta untuk saat ini, seperti Mars One), namun sebuah misi berawak telah dijadwalkan dan paling cepat direncakan mendarat di Mars pada tahun 2040-an. Misi “Perjalanan ke Mars” oleh NASA diperkirakan membutuhkan waktu 3 tahun lamanya pulang pergi, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya hal-hal yang diluar harapan.
“Pertanyaan menarik sebenarnya adalah apa yang terjadi pada sebuah misi ke Mars atau di stasiun luar angkasa lunar jika ada (kematian),” kata Paul Wolpe seorang bioetika dari Universitas Emory. “Apa yang terjadi apabila ada kemungkinan bahwa membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum sebuah jasad bisa kembali ke Bumi, atau tentang hal kepraktisan untuk membawa kembali jasad tersebut?”
Saat ini para Astronot melakukan perjalanan ke luar angkasa melalui Soyuz Rusia, lalu menghabiskan waktu beberapa bulan di ISS, International Space Station atau Stasiun Luar Angkasa Internasional. Karena kesehatan para astronot berada dalam kondisi yang sempurna pada saat peluncuran, maka kemungkinan terjadinya kematian awak ISS akan diakibatkan oleh kecelakaan selama aktivitas di luar angkasa (spacewalk).
Paramount Studios/Movie Clips via YouTube |
“Dalam skenario terburuk, sesuatu terjadi selama spacewalk,” kata Chris Hadfield, seorang astronot Kanada dan mantan komandan ISS. “Anda tiba-tiba bisa ditabrak oleh mikro-meteorit, dan tidak ada yang bisa Anda lakukan untuk menghadapinya. Mikro-meteorit dapat menusuk dan membuat lubang di baju astronot, dan dalam beberapa detik Anda tidak berdaya.”
Secara hipotesis, seorang astronot hanya memiliki waktu sekitar 15 detik sebelum kehilangan kesadaran. Sebelum membeku, maka kemungkinan besar ia akan meninggal karena sesak napas atau dekompresi. 10 detik terpapar ruang hampa udara akan menguapkan cairan dan darah, sementara tubuh akan mengembang seperti sebuah balon yang penuh dengan udara. Paru-paru akan rusak, dan setelah 30 detik astronot akan lumpuh, itupun jika belum meninggal pada saat itu.
Kemungkinan terjadinya kematian di ISS sangat rendah, dan memang selama ini tidak pernah terjadi. Tapi apa yang seharusnya dilakukan oleh para astronot untuk bertahan apabila memang terjadi?
Mempersiapkan skenario terburuk
Terry Virts, seorang astronot ISS dan pesawat ulang-alik menjalani dua misi ekspedisi baik di stasiun luar angkasa maupun di pesawat ulang-alik. Total dia mencatat 213 hari berada di luar angkasa. Tapi astronot tersebut mengatakan bahwa dia tidak pernah dilatih untuk menangani jasad di luar angkasa. “Saya memang melakukan sedikit pelatihan medis untuk menyelamatkan orang, tapi tidak untuk ini.”
Pernyataan resmi NASA kepada situs Popular Science mengenai masalah ini banyak membangkitkan minat:
“NASA tidak mempersiapkan rencana darurat untuk semua risiko yang terjadi pada jarak jauh. Respon NASA terhadap situasi orbit yang tidak diharapkan akan ditentukan dalam proses kolaborasi secara real timeantara Direktorat Operasional Penerbangan, Direktorat Kesehatan dan Kinerja Manusia, pimpinan NASA, dan Mitra Internasional kami.”
“Dalam 16 tahun karir saya sebagai astronot, saya tidak ingat pernah berbicara dengan astronot lain tentang kemungkinan kematian,” kata Virt. “Kita semua mengerti hal itu mungkin saja terjadi, tapi selama ini tidak pernah dibahas.”
Meskipun mereka tidak suka membicarakannya, para astronot NASA memang telah bersiap dalam menghadapi kemungkinan kematian yang dialami oleh salah seorang awak. NASA |
Tapi, kebijakan NASA tentang kematian di luar angkasa mungkin bukanlah norma. Komandan Hadfield mengatakan kepada situs Popular Science bahwa semua mitra internasional yang berlatih untuk pelaksanaan misi ke ISS, termasuk JAXA (Badan Antariksa Jepang) dan ESA, (Badan Antariksa Eropa) sebenarnya mempersiapkan diri apabila terjadi kematian yang menimpa salah seorang awak.
“Kami memiliki hal yang disebut sebagai ‘simulasi kontingensi’, yaitu kita mendiskusikan apa yang harus dilakukan terhadap jenazah,” katanya.
Hadfield membahas ‘simulasi kematian’ ini dalam bukunya berjudul “An Astronauts Guide to Life”. Dia juga mempersiapkan skenarionya, “Kontrol misi: Kami baru saja menerima kabar dari stasiun, bahwa Chris sudah meninggal.” Dengan segera para awak mengurusnya. Oke, apa yang akan kita lakukan dengan jenazahnya? Tidak ada kantung mayat di stasiun, jadi apakah sebaiknya kita memakaikannya baju astronot dan menyimpannya di lemari? Tapi bagaimana dengan baunya? Haruskah kita mengirimkannya kembali ke Bumi dengan pesawat pengangkut barang dan membiarkannya terbakar saat memasuki atmosfer? Mendorongnya ke luar angkasa dan membiarkannya mengapung bebas ke luar angkasa? “
Seperti yang ditunjukkan oleh Hadfield, sesosok jasad di luar angkasa memberikan beberapa masalah logistik utama. Fakta bahwa jenazah adalah biohazard harus menjadi pertimbangan utama, dan menempatkannya di sebuah ruang khusus merupakan pertimbangan kedua.
Karena NASA tidak memiliki protokol untuk kematian mendadak di ISS, maka komandan stasiunlah yang mungkin akan memutuskan bagaimana menangani jasadnya. “Jika seseorang meninggal saat melakukan spacewalk, saya akan membawanya ke dalam airlock terlebih dulu,” kata Hadfield. “Saya mungkin akan menyimpannya di dalam baju astronot bertekanan miliknya sendiri, sebab sebuah jasad akan membusuk lebih cepat di dalam pesawat antariksa, dan kami tidak menginginkan bau yang menyengat atau mengeluarkan gas, karena tidak baik untuk kesehatan, jadi kami akan menyimpannya di baju astronotnya sendiri dan menyimpannya di suatu tempat yang dingin di dalam stasiun.”
Jika kapal selam kehilangan salah satu anggota kru dan tidak dapat dengan segera mendarat, maka mereka menyimpan jenazah di dekat torpedo, sebuah tempat di kapal selam yang dingin, dan terpisah dari tempat tinggal awak lainnya. Demikian pula dengan para awak ISS yang sudah menyimpan sampah-sampah di tempat terdingin di dalam stasiun, sehingga membuat bakteri menjauh dari mereka dan tidak menyebabkan bau kurang sedap. “Saya mungkin akan menyimpannya di sana sampai tiba sebuah pesawat untuk membawanya kembali pulang ke rumah, dan akan didudukkan di kursi ketiga Soyuz,” kata Hadfield. Mereka juga bisa menyimpan mayat di salah satu airlock.
Pemakaman Beku-Kering
NASA mungkin tidak memiliki rencana darurat spesifik untuk kematian mendadak, namun agensi tengah berusaha mengerjakannya. Pada tahun 2005 mereka menugaskan sebuah perusahaan dari Swedia, Promessa, yang bergerak di bidang pemakaman natural untuk melakukan sebuah studi terkait hal ini. Studi ini menghasilkan desain yang belum diuji disebut “The Body Back”. Desain yang terdengar menyeramkan menggunakan teknik yang disebut promesi, yang pada dasarnya membekukan dan mengeringkan tubuh. Bukannya menghasilkan abu seperti kremasi tradisional, teknik promesi mengubah jasad beku menjadi sejuta potong daging beku.
Selama penelitian, pencipta teknik Promessa, Susanne Wiigh-Masak dan Peter Masak berkolaborasi dengan mahasiswa jurusan desain untuk memikirkan bagaimana proses ini berlangsung saat misi antariksa ke Mars. Di Bumi, proses promesi menggunakan nitrogen cair untuk membekukan tubuh, tapi di luar angkasa, jasad akan dipegang oleh sebuah lengan robot di luar pesawat antariksa di dalam kantung mayat. Tubuh akan tetap berada di luar angkasa hampa yang tetap membeku selama satu jam hingga rapuh, lalu lengan robot akan bergetar dan mengabukan jasad. Secara teoritis proses ini bisa mengubah jasad astronot seberat 200 pon menjadi hanya berukuran 50 pon di dalam kantung mayat, sehingga bisa disimpan di pesawat antariksa angkasa selama bertahun-tahun.
Kantung mayat dapat memberikan para astronot pemakaman beku. Prommesa |
Jika kremasi beku-kering tidak menjadi pilihan, maka Anda selalu bisa “mendorong” jasad ke luar angkasa menuju kekosongan untuk selamanya. Sementara PBB memiliki peraturan tentang mengotori luar angkasa, namun peraturan tersebut mungkin tidak berlaku untuk jasad manusia. “Saat ini, tidak ada pedoman khusus dalam kebijakan perlindungan keplanetan, baik di NASA maupun di tingkat internasional, yang akan membahas ‘penguburan’ seorang astronot yang meninggal dunia saat menjalankan misi antariksa dengan melepaskan ke luar angkasa,” kata Catherine Conley di Kantor Perlindungan Keplanetan NASA.
Tapi hukum fisika mungkin akan mengalahkan peraturan yang dibuat oleh manusia terkait hal yang satu ini. Kecuali jika kita mengkaitkannya dengan sebuah roket mini, maka jenazah pada akhirnya akan mengikuti lintasan pesawat antariksa dari mana ia dikeluarkan.
Kelanjutan artikel: Apa yang Terjadi dengan Tubuh Anda, Saat Anda Meninggal di Luar Angkasa? (Bagian 2)
0 Response to "Apa yang Terjadi dengan Tubuh Anda, Saat Anda Meninggal di Luar Angkasa?"
Posting Komentar