Apa yang Terjadi dengan Tubuh Anda, Saat Anda Meninggal di Luar Angkasa? (Bagian 2)
20.32
Add Comment
Ritual Pemakaman Martian (penghuni Mars)
Tapi risiko kematian di sepanjang perjalanan tidaklah sebanding dengan risiko kematian saat para astronot berhasil mendarat di Mars. Dalam mempromosikan rencana koloni Mars, Elon Musk pendiri SpaceX telah secara terbuka memperingatkan bahwa, “Jika Anda ingin ke Mars, maka bersiaplah untuk mati.” Yang menimbulkan pertanyaan: jika memang seseorang meninggal di Planet Merah, di mana Anda akan menempatkannya?
Jika seseorang meninggal di dalam pesawat antariksa selama perjalanan ke Mars (atau lebih jauh lagi), maka tempat penyimpanan yang beku atau promesi bisa menjadi sebuah solusi terbaik. Tapi tidak tersedia kamar mayat di permukaan Mars, dan pesawat antariksa memiliki ruangan ekstra yang terbatas.
Jadi apa yang akan dilakukan oleh Martian terhadap jenazah? “Saya berharap jika ada salah satu awak yang meninggal saat berada di Mars, maka kami akan menguburnya di sana daripada membawa jenazahnya pulang kembali ke rumah,” kata Hadfield.
Hal itu terdengar masuk akal mengingat perjalanan panjang yang harus ditempuh untuk kembali ke Bumi, menimbulkan beberapa masalah potensial kontaminasi. Bahkan rover (penjelajah darat) yang menjelajahi permukaan Mars diatur oleh undang-undang untuk tidak membawa mikroba dari Bumi ke planet baru yang berdebu. Pesawat antariksa berulang kali dibersihkan dan disanitasi sebelum diluncurkan untuk membantu melindungi kemurnian potensi habitabilitas setempat dari mikroba Bumi. Tapi mikroba pada rover tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan bakteri yang berada di tubuh manusia yang telah meninggal.
Hal ini membuat isu perlindungan keplanetan semakin bernuansa, tapi sebuah pemakaman di Mars mungkin tidak terlalu masuk akal. “Mengenai pembuangan material organik (termasuk jenazah) di Mars,” Conley di NASA mengatakan, “kita tidak memberlakukan batasan selama semua mikroba Bumi telah dinetralisir, jadi proses kremasi tetap akan diperlukan. Meskipun perlindungan keplanetan memerlukan dokumentasi pembuangan, untuk memastikan bahwa misi di masa depan tidak terkejut.”
Tapi, tidak semua orang yang meninggal di luar angkasa akan diperlakukan tidak nyaman sebagaimana barang-barang logistik. Beberapa jenazah tersebut benar-benar akan dapat menyelamatkan nyawa awak lainnya.
Skenario terburuk
Ruang angkasa mungkin adalah batas terakhir, tapi tidak selalu seperti itu. Manusia telah menghabiskan ribuan tahun melintasi medan yang sulit dan menempatkan diri mereka ke dalam situasi yang aneh dan berbahaya atas nama penemuan. Ribuan jiwa telah berkorban dalam upaya ini, dan terkadang mereka berkorban untuk menyelamatkan nyawa rekan-rekan mereka. Bukan melalui tindakan kepahlawanan yang mematikan, tapi melalui tindakan kanibalisme.
Jika Anda terjebak di Mars, rekan-rekan Anda yang telah meninggal terlebih dahulu kemungkinan mulai cukup menggugah selera. 20th Century Fox |
Jangan berpikir bahwa hal ini tidak bisa terjadi di luar angkasa. Andy Weir, penulis buku The Martian, menulis dalam sebuah adegan ketika awak Ares memutuskan kembali ke Mars untuk menyelamatkan Mark Watney yang terdampar. Johansen, operator sistem Ares dan anggota kru terkecil (memerlukan kalori dalam jumlah sedikit) dalam misi tersebut memberitahu ayahnya, bahwa kru tersebut memiliki rencana terakhir untuk membawanya ke Mars, jika NASA tidak mensuplai mereka dengan logistik untuk perjalanan tersebut. “Semua orang akan mati kecuali saya, mereka semua akan minum pil dan mati. Mereka akan melakukannya secara benar sehingga mereka tidak perlu menggunakan makanan apapun,” dia menjelaskan. “Jadi bagaimana Anda bisa bertahan?” Tanya ayahnya. “Logistik tidak akan menjadi satu-satunya sumber makanan,” katanya.
Sementara terdengar ekstrem, rencana kru untuk melakukan bunuh diri sehingga salah satu anggota bisa menyelamatkan Watney sama sekali tidak pernah terdengar. “Itu adalah sebuah tradisi yang dihormati,” kata ahli bioetika Paul Wolpe. “Orang-orang telah melakukan bunuh diri untuk menyelamatkan orang lain, dan sebenarnya secara religius benar-benar dapat diterima. Kita tidak bisa menarik undian untuk melihat siapa yang akan kita bunuh untuk dimakan, tapi ada kalanya kita menganggap seseorang sebagai pahlawan ketika melompati granat untuk menyelamatkan teman-teman mereka.”
Wolpe mengatakan bahwa konsep pemikiran tentang kanibalisme untuk bertahan hidup adalah bercabang. “Ada dua jenis pendekatan untuk itu. Yang satu mengatakan meskipun kita melakukan kanibalisme, bertahan hidup adalah hal yang paling utama, dan jika satu-satunya cara adalah dengan memakan enazah, hal itu bisa diterima walaupun tidak diinginkan.”
Mars menawarkan medan tandus dan gersang, sehingga akan mendorong para Martian untuk melakukan kanibalisme, jika ada yang mengganggu pasokan makanan selama misi, maka mereka akan cepat kehabisan alternatif.
Tapi belum ada badan antariksa manapun yang memiliki kebijakan resmi tentang kanibalisme Martian.
Perjalanan menuju kehampaan
Waktu bagi umat manusia untuk melakukan perjalanan ke luar angkasa tergolong singkat, relatif apabila dibandingkan lamanya eksistensi kita, tapi kita telah mendorong batas-batas eksplorasi selama ribuan tahun, dan kita pasti akan terus melakukannya meskipun ada risikonya. Setiap astronot atau wisatawan antariksa yang ingin memulai perjalanan ke Mars pada akhirnya akan dipaksa bergulat dengan kenyataan kematian, baik secara perlahan maupun tiba-tiba.
NASA mungkin tidak pernah secara resmi menerbitkan rencana darurat untuk moonwalker Apollo, namun mereka siap untuk kehilangan awak misi. Dalam biografinya, William Safire, penulis pidato Nixon, mengenang ketika lepas landas Apollo 11 yang tidak terlalu kuat dan tidak sesuai harapan. “Kami tahu bencana tidak akan datang dalam bentuk ledakan mendadak,” tulisnya. “Itu berarti para awak misi akan terdampar di Bulan dengan tetap terhubung dengan Kontrol Misi saat mereka perlahan mati karena kelaparan, atau sengaja ‘menutup komunikasi’, eufemisme untuk bunuh diri.”
Sebenarnya, NASA telah merencanakan untuk menutup komunikasi dengan para astronot yang terdampar dan mengkategorikan mereka secara formal sebagai “penguburan laut”. Tetapi, meskipun telah mengetahui peristiwa hipotetis yang mengerikan itu, semua orang tahu para awak akan terus melanjutkan misi ke Bulan. “Yang lain akan mengikuti, dan pasti menemukan jalan pulang,” demikian tertulis dalam pidato cadangan Nixon. “Upaya pencarian umat manusia tidak akan dapat ditolak. Tapi orang-orang ini adalah yang pertama, dan mereka akan tetap menjadi yang terdepan di dalam hati kita.”
NASA |
Seiring memasuki era eksplorasi antariksa, era tersebut pastinya akan dipenuhi dengan peluncuran roket dan misi berawak, konsep tentang kematian yang menimpa setiap awak dan pengambil keputusan, sangat dibutuhkan.
Terry Virt, seorang astronot NASA mungkin tidak akan pernah bersantai saat bersama minum kopi dengan teman-temannnya apabila mengobrol tentang kematian, tapi dia tahu apa yang dipertaruhkan saat diluncurkan ke luar angkasa. “Saya percaya bahwa hal ini sangat berharga, dan setiap usaha besar akan melibatkan risiko,” katanya. “Kami secara sadar menerima bahaya yang tidak dapat dihindari yang harus kami hadapi.”
Seperti kebanyakan penjelajah, astronot pesawat ulang-alik bernama Mike Massimino dengan cepat mengatakan bahwa setiap risiko yang dihadapi sebanding dengan hasil yang akan diperoleh. “Ini tentang meningkatkan pemahaman kita,” katanya pada situs PopSci. “Saya pikir itu sepadan dengan risiko yang kita ambil. Eksplorasi selalu mengorbankan jiwa dan saya yakin itu akan selalu terjadi.”
Pilihan yang realistis untuk awak pesawat yang meninggal dunia, (yaitu kanibalisme, ditempatkan di ruang beku, dibeku-keringkan dalam proses promesi menjadi satu juta potongan beku), tidak dapat dibandingkan dengan usaha luar biasa dari penerbangan antariksa. Tapi Wolpe tidak pernah memikirkan bahwa manusia akan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kenyataan pahit tentang perawatan yang harus dilakukan terhadap jenazah di luar angkasa. Kita sudah dapat menerima bahwa para penjelajah di Bumi mungkin mengalami hal yang kurang layak apabila meninggal dunia. Wolpe melihat Gunung Everest sebagai analogi yang sempurna untuk misi Mars di masa depan: ketika para penjelajah meninggal, jasad mereka akan tinggal di sana. Selamanya.
Untuk selamanya kita akan selalu mengejar lompatan besar berikutnya. NASA |
Setiap tahun sekitar 800 orang pendaki berusaha untuk mencapai puncak gunung. Setiap tahun, beberapa dari mereka telah meninggal. Dan kemudian 800 orang pendaki lain akan mencoba lagi tahun depan. Orang-orang ini ingin menjadi yang pertama, menjadi yang terbaik, untuk mengeksplorasi sesuatu yang luar biasa dan langka. Dan dengan tekad ini muncul risiko untuk dibayar dengan harga tertinggi.
“Jika mendaki Everest, Anda tahu bahwa jika Anda meninggal, maka Anda akan ditinggalkan di sana,” kata Wolpe. Tidak ada metode kremasi layak di Everest, tidak ada tempat yang layak untuk menempatkan jasad, tidak ada kemungkinan untuk membawa kembali jenazah untuk dimakamkan di rumah. Lebih dari 200 mayat telah tersebar di gunung Everest, bahkan beberapa di antaranya masih dapat terlihat ketika cahaya menerangi salju. Setiap orang yang mendaki telah diingatkan bahwa mereka mempertaruhkan nyawa mereka, beserta kesempatan dimakamkan secara layak, dalam upaya mencapai puncak. “Anda cukup dapat menerimanya,” kata Wolpe. “Karena memang itulah bagian dari pendakian Everest.”
Ditulis oleh: Shannon Stirone, www.popsci.com
#terimakasihgoogle
0 Response to "Apa yang Terjadi dengan Tubuh Anda, Saat Anda Meninggal di Luar Angkasa? (Bagian 2)"
Posting Komentar