Galaksi Tanpa Bintang: Permasalahan Menghilangnya Hidrogen di Alam Semesta Awal

sebuah-quasar-lubang-hitam-informasi-astronomi
Sebuah quasar lubang hitam.
Kredit: NASA

Hidrogen adalah unsur paling umum di Alam Semesta, membentuk 75% dari semua materi normal dan kandungan bintang. Meskipun panas, bintang hanya bisa terbentuk dari gas terdingin ketika awan hidrogen besar ambruk di bawah gravitasinya sendiri hingga fusi nuklir dimulai, atau peleburan atom secara bersama-sama yang melepaskan sejumlah besar energi yang kita lihat sebagai cahaya bintang.

Para astronom telah dibingungkan dengan mengapa mereka tidak dapat mendeteksi gas dingin yang membentuk bintang ini di wilayah Alam Semesta yang paling jauh dan lebih tua. Pada Alam Semesta awal, para astronom memperkirakan gas dingin tersebut akan jauh lebih melimpah karena belum dikonsumsi oleh pembentukan bintang.

Dr. Stephen Curran dari Universitas Sydney dan Dr. Matthew Whiting, dari Ilmu Astronomi dan Antariksa CSIRO, telah membahas masalah ini dengan merancang sebuah model yang menunjukkan bagaimana lubang hitam supermasif yang bersembunyi di pusat setiap galaksi aktif, mampu mengionisasi semua gas yang berada di sekitarnya bahkan di galaksi terbesar sekalipun.

Ketika gas hidrogen berada dalam keadaan ini, ketika elektron dikeluarkan dari atom, maka gas dingin tersebut tidak memungkinkan awan untuk ambruk dan membentuk bintang. Juga, apabila mengalami ionisasi, maka gas tidak dapat dideteksi melalui panjang gelombang radio, cara yang biasa digunakan untuk menemukan gas dingin pembentuk bintang.

“Sebelumnya, kami tidak mengetahui berapa banyak gas yang terionisasi oleh cakram akresi lubang hitam, kami menduga ionisasi ini menyebabkan gas dingin yang melimpah di Alam Semesta awal ke bawah ambang deteksi teleskop radio saat ini. Jadi kami berpikir hal ini mungkin karena masalah sensitivitas teleskop,” kata Dr Curran.

Penelitian terbaru oleh Dr. Curran dan Dr. Whitin yang telah diterbitkan dalam The Astrophysical Journal menunjukkan bahwa radiasi ultra violet ekstrem yang dilepaskan hingga mendekati kecepatan cahaya oleh material gas yang dihisap lubang hitam supermasif, cukup untuk mengionisasi semua gas dingin di galaksi yang terbesar sekalipun.

“Untuk menyelidikinya lebih jauh lagi, kita memilih sumber gelombang radio yang paling jauh. Apa yang tampak sebagai cahaya redup bagi kita di Bumi, sebenarnya adalah cahaya ultra violet eksrem, yang redup dan direntangkan (pergeseran merah) hingga panjang gelombang cahaya tampak pada beberapa miliar tahun perjalanan untuk mencapai kita,” jelas Dr Curran.

“Sayangnya, ini adalah satu-satunya objek yang kita ketahui pada batasan kosmos dan di dalam objek tersebut radiasi dari lubang hitam pusat begitu kuat sehingga bisa memanaskan seluruh gas sampai titik tidak dapat membentuk bintang.

“Kami telah menunjukkan bahwa permasalahan bukan terletak pada kesensitivitasan teleskop, semua gas dingin yang dapat membentuk miliaran bintang mirip Matahari benar-benar terionisasi. Ini berarti bahkan Square Kilometer Array, teleskop radio terbesar yang saat ini sedang dalam proses pembangunan di Australia, Selandia Baru dan Afrika bagian selatan, tidak akan bisa mendeteksi gas pembentuk bintang di galaksi-galaksi ini,” kata Dr Curran.

Square Kilometer Array akan mampu dalam mendeteksi gas sangat dingin yang terlalu redup untuk dideteksi oleh teleskop-teleskop optik, yang dipastikan ada dan memberi kita bintang dan galaksi seperti yang kita lihat saat ini.”

Ditulis oleh: Universitas Sydney, phys.org



#terimakasihgoogle

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Galaksi Tanpa Bintang: Permasalahan Menghilangnya Hidrogen di Alam Semesta Awal"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel