ANTARA DEVOSIONAL SAKIT dan SEHAT

ANTARA DEVOSIONAL SAKIT dan SEHAT


Sam Miyarto : Setiap keyakinan spiritual yg arahnya mencemooh keyakinan spiritual yg lain hanya akan membuat permusuhan yg baru.

Danz Suchamda : Mencemooh? 
Betul mencemooh adalah perbuatan yang tidak sehat? Tapi apakah disini mencemooh?
Mengapa merasa dicemooh bukan merasa perlu koreksi diri?

Saya disini cuman mengingatkan agar mereka yang lupa pada tujuan kerohanian...terjatuh pada pemujaan ego berselubung "semuci-suci" dengan segala petingkahnya...dapat tersadarkan kembali. Tidak ada tujuan mencemooh apalagi mengconvert. Mengconvert jadi apa??

Look,...Tuhan itu adalah Tuhan segala bangsa. Dan manusia tidak akan mungkin memahaminya. Karena Tuhan adalah sesuatu yang diluar ruang-waktu (istilahnya : Transcendent) sementara kita manusia yang terjatuh pada dualitas segala sesuatu, bahkan bahasa kita pun selalu fragmented. Lantas, kalau ada suatu pihak yang memutlakkan sesuatu dan mengganggu tatanan kehidupan kepada yang lainnya apakah harus dibiarkan??

Saya tahu bahwa sesuatu yang diluar ruang-waktu itu tidak dapat dipahami dengan bahasa ataupun logika, melainkan melalui suatu proses bertahap perluasan consciousness dan peningkatan awareness. Dan itu hanya mungkin terjadi apabila kita memiliki devosi atau submissive spirit (roh yang takluk). Tapi taklukanlah batinmu sendiri! BUKAN menaklukkan orang lain yang tidak sama denganmu. Apalagi melakukan tindakan-tindakan yang secara manusiawi-duniawi adalah melanggar etika seperti misalnya mengkooptasi kitab milik suatu pihak yang lain. Anda mengajarkan kejujuran, menghargai orang lain, kasih , kebenaran, keadilan dsb, bukan? Bisakah itu diterapkan pada PONDASI AWAL PERTAMANYA dari kebersejarahan ajaran rohani anda?

Tentu saja kita semua manusia memerlukan suatu MAKNA untuk merasa hidup. Tetapi apabila MAKNA yang kita temukan itu menyinggung melukai atau keluar pagar memasuki wilayah orang lain, maka ini timbul masalah. Tapi ketahuilah, MAKNA itu bukan sesuatu yang inherently existent, melainkan diciptakan oleh si manusia itu sendiri. Dengan kata lain, makna selalu mengikuti arus perubahan zaman.

Dan MAKNA untuk merasa hidup sepenuhnya hanya dapat ditemukan apabila seseorang mampu memberikan (bestowing) sesuatu kepada liyan. Itulah mengapa orang yang pengangguran akan depresi. Atau orang yang ego-nya sehat bila menganggur pasti mencari hal-hal yang dapat dikerjakan. Sebetulnya dia mencari sesuatu agar hidupnya bermakna.

Nah, kondisi zaman berubah. Dulu dimana kalian hanya hidup dalam kelompok2 yang terisolasi, maka konsep devosional anda dapat MEMBERI kepada komunitas anda. Tetapi manakala zaman berubah menjadi global dan satu kelompok bersentuh-singgungan satu sama lain, maka konsep devosional kuni itu mulai MEMINTA / DEMAND karena berhenti memberi sesuatu kepada yang liyan. Disitulah sumber krisisnya dimulai yaitu pada BATINMU SENDIRI. Sehingga eksesnya justru semakin mengeraskan diri atau menuntut orang lain mengakui devosionalism anda. Ini sudah sakit.

Contoh :
Bila anda orang India dan hidup hanya dalam komunitas orang India. Maka melakukan hal devotional seperti di ilustrasi gambar ini maka anda merasa mendapat suatu makna MEMBERI kepada komunitas anda dan pada imbal baliknya anda mendapat MAKNA atas hidup anda.
AKAN TETAPI, bila anda hidup di kota metropolitan antar bangsa dan multi-kultural, misal di tengah2 gedung perkantoran New York melihat ada patung Ganesha sebagai dekor ruangan lalu melakukan hal sedemikian....apa akibatnya?

Anda tidak memberi MAKNA, tetapi MENGACAUKAN tatanan yg ada disitu! Hasilnya, anda diusir oleh security (satpam) disitu. Salah-salah malah dikenai denda (fine) karena mengotori gedung. Lalu apakah anda kemudian berpikir "Oh dia menghina agama saya". Anda sakit! Terbukti anda puja alamatnya bukan Atas tapi ke Samping : untuk dapat pujian / penghargaan dari manusia di sekitarmu. Tapi justru karena sakit itu anda menjadi semakin demanding devosional anda dihargai. Jadi siklus lingkaran setan yang menyedot ke bawah. Old devotional tricks no longer works!

So, kita hidup di era modern. Dimana semua permainan politik atau skillful-means untuk pengembangan devosi saat ini terungkap tersibak. Tentu saja mungkin dulunya tidak bermaksud seperti ini. Atau hanya ke intern devotee saja. Tetapi manakala peradaban manusia antar suku mulai bersentuhan berhubungan satu sama lain dalam ruangan global, tentu pranala-pranala awal yang menjadi alat devotional perlu ditara ulang, disesuaikan dan diharmonisasikan dengan konteks tuntutan keberagaman fenomena religius di dalam masyarakat global. Tanpa itu : konflik sudah pasti.

Rahayu!

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "ANTARA DEVOSIONAL SAKIT dan SEHAT"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel