PASOPATI

PASOPATI

PASOPATI


Kita di Nusantara ini mengenal dari kisah perwayangan bahwa Pasopati adalah senjata pamungkasnya Arjuna untuk mengalahkan bala Kurawa (golongan Raksasa Brekasakan). Apakah sebetulnya makna rahasia dari senjata yg dinamakan Pasopati itu? Marilah kita simak.

Paso dari kata Pashu (sanskrit) yang artinya adalah ternak atau secara simbolik merujuk pada Ātman (soul, self, breath --> ingat Nef
esh!). Pati adalah artinya gembala ternak atau dengan kata lain Tuhan (Brahman). Dengan kata lain Pasopati artinya adalah "Tuhan langsung menggembalakan umat manusia". Hubungan langsung antara manusia dan Tuhan inilah yang disebut juga dengan Yashar (hubungan langsung) dengan Tuhan (El) yang kita kenal dengan nama "Israel". Nah!

Dalam pengertian Shivaisme, maka ada 3 hal yang menggambarkan Realitas / Kasunyatan itu : Pashu, Pati dan Pasam. Pasam ini artinya adalah kuk (tali pengikat) ternak. Jadi, sang gembala menempatkan kuk pada kawanan ternaknya. Triangularitas antara ketiga crux itu membentuk Realitas kita saat ini dimanapun kapanpun. Suatu penggembalaan jiwa.

Mengapa digunakan metafori ternak dan gembalanya?
Ingat, manusia zaman 3000 tahun sebelum Masehi itu cara penghidupannya bagaimana? Tiada lain tiada bukan, hal-hal yang paling dapat dimengerti dan relevan dengan sikon nya adalah hal-hal yang berhubungan dengan ternak. Nah oleh karena itu digunakanlah metafora2 yg berasal dari alam penggembalaan, pertanian dan hubungan kekerabatan. Tapi zaman selalu mengalami perubahan. Dan setelah 6000 tahun kemajuan, maka manusia modern sudah seharusnyalah mengambil esensi (hakikat) maknanya dari segala cara tutur kuno itu. Tapi bagaimana caranya? Tiada jalan lain, haruslah kita gali sejarah dan meneliti secara anthropological cara manusia mengada dan bersosial pada masanya.

Anda perhatikan, bahwa cult sapi ini sudah ada semenjak zaman purba. Sementara dalam tradisi tertulis (literate culture), maka dikisahkan bahwa asal muasal peradaban dan penyebaran manusia di dunia adalah berasal dari daerah lembah subur Mesopotamia antara sungai Tigris dan Effrat, yg kala itu dikenal dengan Peradaban Sumeria. Disitulah pertama kali dikenal mitologis tentang cult terhadap Banteng (entah disebut kerbau atau sapi, yg jelas jenis sebenarnya adalah Auroch -- yg sudah punah). Dalam epic Gilgamesh maka dapat kita baca peperangan antara Gilgamesh dan Enkidu (Kerbau Langit). Itulah mengapa di tradisi Semit (yahudi) yg juga secara genetik berasal dari gen Sumer, mengenal kisah penyembahan Sapi Emas (Golden Calf). Di India Nandi (Lembu putih tunggangan Shiva), dan di budaya Mesir kuno disebut Apis yg merupakan manifestasi dari Ptah dan kemudian Osiris. Cult sapi yang disebut Taur itu dikenal di seluruh bagian muka bumi ini. Maka jangan heran bila anda kenal minuman "Krating Daeng" (atau Red Bull) yang berlambangkan banteng itu saya duga berasal karena mengandung zat aktif yg disebut Taurine. Maka jangan heran bila di Nusantara juga dikenal tradisi Suronan dengan mengarak kebo-bule (kerbau putih).

Yang jelas, semua kisah itu bertujuan menyampaikan bahwa realitas manusia ini adalah analogic dengan ladang penggembalaan. Antara Tuhan (Sang Penggembala) dan manusia (ternaknya). Akan tetapi, bila hubungan langsung itu dibajak (di-intermediasi) kan oleh simbolismenya yang diangkat melebihi dari maknanya, maka itulah jatuh pada pemberhalaan. Maka jangan heran, kisah Musa murka akibat bani Israel memuja Sapi Emas (Golden Calf) atau di Quran ada surah al'Baqarah (Sapi Betina) sebetulnya adalah --tidak dapat dipungkiri lagi-- mengkritik fenomena yang saya jelaskan di atas.

Oke, kita kembali lagi ke soal Pasopati.
Dalam mitologi Tantra pra-Veda (sebelum Veda), maka Pasopati adalah penjelmaan Shiva yang awal pertama, sebelum perubahan pada era selanjutnya dimana dikatakan Nandi (lembu putih) adalah kendaraan tunggangan Shiva. Ini mengingatkan kita pada kisah Lao Zi yang mana menunggang kerbau sembari duduk menghadap ke belakang , pergi menuju Gerbang Barat. Mereka yang di Barat mencari ke Timur, yang di Timur berjalan ke Barat. Luar biasa kan sinkronisitas dari seluruh kisah-kisah ini menganyam suatu makna keutuhan dari seluruh bagian dunia? 

Perhatikanlah....jangan menganggap diri kita sekarang ini SUDAH modern apalagi sempurna. Kenyataannya...dalam ladang penggembalaan jiwa ini...ternyata masih mengulang-ulang kembali pola-pola lama terjatuh dalam idolatry (pemberhalaan) itu.

Dan bila kita menyimak dari apa yg dikatakan dalam Upanishad ini :
"Atman (self, soul, jiwa) adalah tentu saja Brahman. Ātman juga berarti intelek, Manas (batin), dan nafas-vital (nefesh), dengan mata dan telinga, dengan bumi, air, angin dan ākāśa (sky, space, ruang), denan api dan yanb bukan-api, dengan desire (motivasi) dan tanpa desire, denan kemarahan dan tanpa kemarahan, dengan kebenaran dan dengan ketidakbenaran, dengan segala sesuatunya -- itu dikenali , atau terkenal sebagai, dengan ini (yang dipersepsikan) dan dengan itu (yang dipersangkakan). Karena ini [Ātman, self, soul] mengada dan bertindak, maka ia menjadi (dumadi) : dengan melakukan baik jadi baik, dengan jahat jadi jahat.
Ia menjadi baik melalui perbuatan yang baik, dan menjadi keji melalui perbuatan yang jahat. Lainnya, maka dikatakan, "Self (diri) dikenlai dari keinginan / motif semata. Apa yang menjadi motif nya itu yang didapat, maka ia menyelesaikan itu; apa yang ia selesaikan, maka itulah aksi (karma) nya; dan apa yang menjadi aksinya ia menuai reaksi".
— Brihadaranyaka Upanishad 4.4.5, 9th century BCE[28]

....maka jelaslah bahwa apa yang didefinisikan sebagai penyembahan berhala / musryik atau menduakan Tuhan...bukanlah sekedar urusan patung-patung atau citra saja,....tetapi lebih fundamental daripada itu...persis selaras dan relevant dengan apa yang dikatakan oleh Rabbi Dov Ber Pinson di TS ini :

Penyembahan berhala bukan sekedar berarti menyembah sesuatu, melainkan menyembah satu hal diatas yang lainnya--
(Not as worshiping something but one thing OVER the everything). Karena sesungguhnya, segala sesuatu adalah bagian dari Tuhan. Tapi manakala anda mulai mengatakan berhubungan hanya dengan satu hal, itulah dimulainya apa yg disebut PENYEMBAHAN BERHALA (IDOL WORSHIP).
~ Rav.DovBer Pinson

Yang mana saya ulang katakan agar lebih sederhana dan mudah dimengerti :
Penyembahan berhala adalah manakala anda terjatuh pada simbol-simbol dianggap sebagai tujuan, ketimbang menyelami untuk memahami makna hakiki-nya.

Btw, sekedar info : Keris yang diagem pak Jokowi adalah berdapur Pasopati.

Rahayu!

------------------------------

DIALOG PENTING

> Danardono Wisnu Prabu : tali kekang itu apakah bisa di ibaratkan iman atau agama?

> Danz Suchamda : BUKAN.

Tali kekang = kuk = yuj...yg jadi asal kata yoga. Bahasa Jawanya "LAKU"...(lakuning urip)...eg: Ilmu tinemune kanthi laku. Alias PRAKTEK.
BUKAN teori agama.

Pelihara kerbau untuk bajak sawah apa untuk disekolahin kerbaunya jadi pendeta tapi gak pernah dibawa turun ke sawah? hahahaha  

Ini lagi-lagi plokotho bahasa :
Yoga.....orang diplokotho bahasanya sehingga memahami yoga itu sekedar urusan senam stretching. Itu adalah super-super dangkal.
Yoga itu adalah PRAKTEK LAKU.
Kalau di tradisi Hindu pada umumnya dikenal 4 jalur praktek laku mencapai pencerahan :
1. Bhakti Yoga (laku dengan bakti / devosi)
2. Karma Yoga (laku dengan praktek amal, berbuat kebajikan, dll)
3. Jnana Yoga (laku dengan penyelidikan analitis)
4. Raja Yoga (laku dengan bhavana , mis : meditasi, tapa, puasa, dsb dsb) . Memang hal yg terakhir inilah yg kebanyakan orang mengira adalah "yoga", padahal itu hanya satu sub bagian.

> Danardono Wisnu Prabu : katanya lho ini kalau romo atau pendeta itu kepanjangan dari Tuhan.
Tuhan kan butuh Kuk untuk mengarahkan jemaatnya. kalau gak ada kuk gimana mengarahkan sapinya? 😄

> Danz Suchamda : Kan katanya si tukang klaim? Betul? hehe

Yang ngarahin sapinya??
Walah walah NGELUNJAK!
Gembalanya itu ya TUHAN LANGSUNG !

Gini....
Antara pendeta / ulama dsb dengan umat biasa terendah sekalipu.... itu SAMA DERAJATNYA di mata Tuhan.
Bedanya adalah : mereka yang menempatkan diri berdiri di barisan paling depan gol.manusia sesamanya itu dianggap bertekad melaksanakan LEBIH.
Jadi...motivasi LEBIH besar.
Upaya LEBIH besar.
Pengorbanan LEBIH besar.
Ujian LEBIH besar.
Beban LEBIH besar.
Tapi semua itu dalam rangka menggembleng jiwanya sendiri!

Ingat rumus yg pernah saya jelaskan di TS dulu :
The greater the desire, the greater the light will be absorbed.

Jadi, artinya...the greater the desire maka the greater pula the YOKE (beban) !...
Bukan untuk menempatkan diri LEBIH dari sesamanya! Tettottt BESAR !
Karena seharusnya dia mampu menempatkan dirinya justru lebih rendah daripada sesamanya manusia! Itulah pengertian MELAYANI (service to God)!

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "PASOPATI"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel